Tomsk, Siberia, and Russia

Tomsk, Siberia, Rusia.
Gue kuliah di Tomsk, kota yang terletak di tengah negara Rusia dan of course di Siberia.
"Hah? Dimana sih itu Pris?"
Buat yang malas searching dan ilmu geografinya cetek kayak gue, bisa lihat di gambar berikut. Yang ada simbol love-nya, yang artinya gue cinta Tomsk, tapi gak lebih dari cinta gue ke Indonesia #ea

Image result for tomsk
Tomsk
source pic: di sini
Siberia.

Yang gue pikir setelah dengar kata itu adalah daerah yang super dingin dengan suhu yang bisa mencapai -50 derajat celsius lebih. Dimana gue harus hidup dengan pakaian super tebal dilapisi oleh jaket bulu angsa, pakai kupluk dari rambut musang, tinggal di taiga, berjuang bertahan diri dari beruang merah, dan ketemu Masha and The Bear. Yea...
Langsung saja, gue ungkapkan kebenarannya:

1. Siberian winter is terribly cold.

Suhu di Tomsk saat winter itu paling dingin bisa mencapai -40 derajat celsius. Di saat inilah alis gue yang tebal nan strong ini beku, benar-benar jadi es. Kalau mau keluar rumah, gue harus pakai pakaian berlapis-lapis. Lapisan pertama, jelas, pakaian dalam. Lalu pakai long johns, pakaian biasa, dan lapisan terakhir jaket khusus winter yang isinya bulu angsa. Sarung tangan tebal, kaos kaki tebal, sepatu khusus winter, kupluk rajut super tebal, semua itu wajib or you'll catch your death, tangan dan kaki lo bakal biru, beku, dan gak bisa digerakin. Bahkan daun telinga lo bisa sakit karena kedinginan. Karena gue berhijab, gue jarang pakai kupluk. Gue ngerasa hangat dari hijab gue itu udah cukup #ea. Hal-hal ini sudah jadi ritual rutin gue tiap pagi, supaya gak jadi patung es di jalanan. Really, you need to bundle up your self, before Jack Frost nipping at your nose!

2. Merantaulah ke luar negeri, maka lo akan jago masak.

Jangan harap di sini lo bakal ketemu rendang, sate, soto, bakso ataupun bubur ayam yang biasa tiap pagi lewat depan rumah. Tapi tenang, keuntungan dari merantau ke luar negeri itu, di saat lo udah kangen se-kangen-kangennya dengan masakan Indonesia, mau gak mau lo harus masak sendiri, dan akhirnya lo jadi jago masak. Di Tomsk ada penjual rempah-rempah, cabai, dan bumbu-bumbu asia (khususnya dari India), tapi jumlahnya terbatas dan sangat sulit dicari. Makanya, where there is no struggle, there is no rendang, bakso, sate, and so on.

Soal makanan yang berlabel halal itu ada, tapi jarang. Jadi setiap belanja harus liat ingredients. Di sini banyak restoran yang penjualnya muslim dan mengatakan bahwa yang dijualnya halal. Wallahu a'lam, bismillah aja. Kalau memang masih ragu, let's cooking! Atau jadi vegetarian, mau?

3. Speak Russian or you will stay hungry.

Mau pesan makanan di restoran fast food,
"Emm, do you speak English?"
"No."
"..."
Jawaban yang sangat singkat, padat, dan menyebalkan dari seorang kasir berwajah masam dan ketus yang menyambut kedatangan gue di restoran itu. Seketika, rasa super lapar gue sirna. Cuma google translate dan bahasa tubuh yang jadi penyelamat hidup gue saat itu, di saat gue masih buta total dengan bahasa Rusia. Baca, tulis, apalagi bicara, gue gak bisa. Kalau sekarang sih, gue yang marahin pelayannya. Tau film Masha and The Bear? Sekarang gue sudah ngerti kenapa si beruang capek sama itu bocah.

4. Tak kenal, maka tak sayang. Tak sayang, maka tak cinta.

Slogan di atas sangat-sangat nyata di negara ini. Tanpa perkenalan, lo benar-benar akan disuguhi muka masam, cuek, bodoh amat, benar-benar tanpa senyum. Buat gue, adaptasi dengan karakter mereka cukup sulit, karena gue biasa hidup di lingkungan super ramah dan peduli. Ini benar-benar bikin gue down, I was like feeling very very lonely. Bayangkan kejadian di restoran fast food yang gue mention di poin ke-3. No one wants to help. Saking se-begitu cueknya orang-orang ini.
Tapi, ketika lo udah kenal baik sama orang itu dan kamu sudah dapat pelukan pertamanya, you'll be a very lucky man for life. Benar-benar seperti saudara kandung! Bahkan ada yang sampai jatuh hati!

"Pengalaman ya Pris?"
"Emm.. iya gak ya.. hehe"

Segitu dulu ya, I love you all!

Comments

Post a Comment

Popular Posts